Bahasa
Indonesia Fondasi Identitas dan Gerbang
Kemajuan Intelektual
Bahasa Indonesia bukan sekadar alat
komunikasi sehari-hari; ia adalah warisan kultural, fondasi identitas nasional,
dan, yang terpenting, wahana utama untuk kemajuan intelektual dan ilmu
pengetahuan. Di tengah gempuran globalisasi, dominasi bahasa asing, dan
tantangan revolusi industri 4.0, kesadaran untuk bangga, menjadi mahir,
dan secara aktif menggunakannya untuk maju adalah sebuah keharusan
kolektif, bukan sekadar pilihan patriotik.
Rasa bangga terhadap bahasa
nasional berakar pada sejarahnya yang unik dan inklusif. Berawal dari Bahasa
Melayu yang fleksibel dan egaliter bahasa perdagangan yang dipahami luas Bahasa
Indonesia mampu bertransformasi menjadi bahasa persatuan tanpa pernah
mendominasi atau mematikan keragaman bahasa daerah yang ada. Keputusan
bersejarah Sumpah Pemuda 1928 telah menempatkannya sebagai tiang penyangga yang
menyatukan ribuan pulau, ratusan suku, dan beragam keyakinan, menjadikannya
sebuah fenomena linguistik dan politik yang langka di dunia.
Kini, Bahasa Indonesia adalah salah
satu bahasa dengan penutur terbanyak, melampaui 270 juta jiwa. Ia telah diakui
dan dipelajari di berbagai universitas internasional, membuktikan daya jelajah
dan penerimaannya. Rasa bangga ini harus diwujudkan dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar, mengakui bahwa bahasa ini kaya akan istilah dan nuansa
yang mampu merefleksikan kedalaman pemikiran dan kearifan lokal Nusantara,
sekaligus mempermudah komunikasi dan integrasi sosial ekonomi di seluruh
wilayah Indonesia. Kebanggaan adalah langkah pertama menuju literasi nasional
yang kuat.
Kemahiran berbahasa sering kali
disederhanakan hanya sebagai kemampuan berbicara lancar. Padahal, kemahiran
sejati dalam Bahasa Indonesia mencakup kemampuan menggunakan tata bahasa, diksi
(pilihan kata), dan ejaan yang tepat sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) untuk menyampaikan gagasan dengan presisi tinggi. Kemahiran ini
adalah indikator kualitas logika.
Dalam konteks ilmiah, profesional,
dan administrasi publik, kemahiran ini sangat krusial. Sebuah argumen yang
lemah, sebuah laporan bisnis yang ambigu, atau sebuah jurnal ilmiah yang salah
tafsir seringkali berakar pada ketidakmampuan memilih kata yang tepat dan
menyusun kalimat yang logis. Ketepatan berbahasa adalah cerminan dari ketepatan
berpikir. Jika kita tidak mahir menggunakan istilah ilmiah dan teknis yang
sudah diindonesiakan misalnya padanan untuk efisiensi, validasi,
atau algoritma kita akan cenderung mencampur adukkannya dengan istilah
asing tanpa konteks yang jelas, yang justru menghambat transfer ilmu
pengetahuan dan inovasi. Mahir berarti mampu menarasikan konsep yang rumit,
seperti "kecerdasan buatan" atau "komputasi kuantum,"
menggunakan tata bahasa yang baku, lugas, dan mudah dicerna, sehingga
masyarakat umum dapat memahami tanpa kehilangan kedalaman maknanya.
Untuk mencapai kedaulatan
intelektual, sebuah bangsa harus mampu memproduksi dan menyebarluaskan ilmunya
dalam bahasanya sendiri. Hal ini memerlukan dukungan aktif dari semua pihak:
akademisi, pemerintah, dan media. Upaya pemajuan ini tidak hanya melibatkan
penciptaan istilah baru, tetapi juga pembinaan dan standarisasi bahasa ilmiah
yang konsisten. Badan Bahasa, melalui proyek terminologi baku, terus berupaya
menyediakan padanan istilah asing, namun penggunaannya secara masif di kampus
dan lembaga riset harus diintensifkan.
Ketika kita secara sadar
menggunakan Bahasa Indonesia untuk merumuskan teori baru, menuliskan hasil
penelitian yang revolusioner, dan mendiskusikan inovasi teknologi terkini, kita
secara otomatis mendekatkan ilmu pengetahuan ke masyarakat. Ini adalah langkah
vital untuk meningkatkan literasi sains nasional, memastikan bahwa inovasi dan
pengetahuan tidak hanya dikuasai oleh segelintir elite yang menguasai bahasa
asing, tetapi menjadi milik kolektif yang dapat diakses, dipahami, dan
dimanfaatkan secara maksimal untuk pembangunan dan kemajuan peradaban
Indonesia.
Bangga atas Bahasa Indonesia adalah
pengakuan identitas; Mahir menggunakannya adalah penajaman kecerdasan; dan
menjadikannya sarana untuk Maju adalah investasi kritis untuk masa depan
bangsa. Kewajiban kita bersama bukan hanya merawat, tetapi secara aktif
mengembangkan bahasa ini dengan cara mengambil kosa kata dari seluruh bahasa
daerah yang ada Indonesia agar mampu
menjadi kendaraan tangguh yang membawa bangsa ini sejajar dengan negara-negara
maju di dunia.
